watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

CALON ASISTEN

Sudah sejak seminggu yang lalu Lenny
sekretarisku mengeluh kalau pekerjaannya
sekarang bertambah banyak, karena memang
beberapa waktu ini aku membeli beberapa
perusahaan baru untuk perluasan bisnisku.
Sebagai sekretaris pribadi, maka Lenny harus
mengetahui semua permasalahan bisnisku
dengan mendetail sehingga dapat dimaklumi
bahwa dia agak kerepotan juga menyelesaikan
semua tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Karena dia terus mengeluh, maka aku menyuruh
dia untuk mencari asisten untuk membantunya.
Lenny sangat gembira karena aku
mengijinkannya mencari asisten, tentu saja dia
tak akan lupa dengan pesanku bahwa asistennya
harus dapat memuaskan aku baik pekerjaannya
maupun seksnya. Lenny hanya tertawa waktu
mendengar permintaanku itu. Aku juga yakin
bahwa tak terlalu sulit untuk mendapatkan
sekretaris yang sehebat Lenny luar dalam, karena
aku berani membayar sangat mahal untuk
pelayanan mereka, namun yang menarik bagiku
adalah kesempatan untuk menguji mereka secara
langsung. Karena disinilah selera petualanganku
aan terpuaskan dengan menggoda para calon
sekretaris itu.
Setelah melalui screening yang ketat oleh
personalia, Lenny akhirnya menyetujui 6 calon
asisten yang untuk itu dimintanya aku untuk
menguji langsung mereka itu. Lenny terus-
menerus tersenyum ketika ia menceritakan
betapa cantiknya para calon sekretaris yang
melamar dan pasti aku akan bingung untuk
memilihnya. Akupun hanya tertawa karena aku
yakin pikiran Lenny sudah ngeres saja. Dalam hati
aku sudah tak sabar menunggu jam makan
siang, karena setelah itu para calon pegawaiku ini
akan menghadapku.
Ketika aku kembali dari makan siang, kulihat
diruang tunggu sudah berderet duduk beberapa
gadis yang rata-rata berdandan rapi. Dari
pandangan pertama aku mengakui bahwa
mereka rata-rata cantik hanya saja kelihatannya
kalau umurnya masih muda. Mereka semua
memandangku dengan penuh harap sambil
berusaha menunjukkan senyum yang terindah,
aku membalas senyum mereka dan langsung
masuk ke ruanganku. Lenny yang sudah
menunggu aku langsung mendatangiku dan
menanyakan apakah aku sudah siap untuk mulai
wawancara. Aku mengangguk namun
kusempatkan untuk bertanya pada Lenny, apakah
semuanya masih perawan, Lenny menjawab
bahwa perasaan dia ada dua yang masih
perawan yaitu yang namanya Indah dan Ratih,
kalau yang lainnya kelihatannya sudah punya
pengalaman. Yang pertama masuk seorang gadis
memakai rok ketat berwarna biru tua, wajahnya
cantik dengan tubuh yang tinggi langsing.
Dengan penuh hormat ia menjabat tanganku dan
duduk didepanku sambil menyerahkan berkas
wawancara dari staffku sebelumnya. Kubaca
namanya adalah Hesti ia lulusan Akademi
Sekretaris yang terkenal di kota Bandung
umurnya baru 21 tahun.
Setelah mengetahui jati dirinya aku menutup map
itu dan memandangnya tajam. Hesti menatap
pandanganku dengan berani meskipun tetap
sopan. Aku langsung menanyainya dengan
beberapa hal yang umum mengenai
kemampuannya, sementara mataku dengan teliti
memandang wajah serta badannya. Aku kurang
suka dengan Hesti ini karena badannya terlalu
langsing meskipun susunya kelihatan cukup
montok untuk badan selangsing dia itu. Setelah
dia tak begitu canggung berbicara denganku, aku
mulai memasang jebakanku, kutawari dia untuk
merokok, Hesti kaget mendengar tawaranku itu,
dengan ragu-ragu ia memandangku. ketika
kukatakan bahwa kalau dia memang biasa
merokok boleh saja merokok agar bisa lebih
santai berbicara, barulah ia berani mengambil
sebatang Marlboro yang kusodorkan.
Ketika kutanyakan apakah dia berkebaratan kalau
aku bertanya hal hal yang bersifat pribadi, dia
langsung menggelengkan kepalanya tanda tak
keberatan. Aku tersenyum sambil membetulkan
dudukku.
“Apakah Hesti sudah punya pacar?”, Hesti
tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
“Apakah pacar Hesti juga tinggal di Bandung?”.
“Tidak Pak, pacar saya ada di Jakarta”.
“Oh, makanya Hesti kepengen kerja di Jakarta
ya?” Hesti lagi-lagi mengangguk dan tersenyum
manis.
“Apakah ini pacar Hesti yang pertama ataukah
sebelumnya sudah sering berpacaran?
“Sering Pak, tetapi semuanya sudah putus karena
tak cocok!”.
Aku tersenyum dan bertanya lagi, “Selama
berpacaran, apa saja yang dilakukan oleh Hesti?”.
“Maksud Bapak bagaimana ya?”, Hesti balas
bertanya.
“Maksud Bapak, apakah hanya sekedar omong-
omong, atau dengan tindakan tindakan lain!
Hesti terdiam dan hanya tersenyum mendengar
pertanyaanku yang mulai terarah itu.
“Sebagai seorang sekretaris, Hesti harus bisa
menyimpan rahasia perusahaan secara
maksimal, maka bagi Bapak, kalau Hesti bisa
berkata jujur mengenai diri Hesti, berarti juga
Hesti bisa dipercaya untuk memegang rahasia
perusahaan!”.
Mendengar itu Hesti baru berani menjawab, ” Ya
kadang kadang omong-omong, kadang-kadang
juga yang lainnya Pak!”.
“Yang lainnya bagaimana?” kejarku, Hesti tak
menjawab tetapi hanya senyum saja.
“Apa berciuman?” Hesti mengangguk.
“Apakah pacar Hesti suka meremas-remas buah
dada Hesti?” dengan wajah sedikit malu Hesti
mengangguk.
“Sekarang coba jujur pada Bapak ya, apakah Hesti
pernah berhubungan seks?”, dengan wajah yang
makin merah Hesti menganggukkan kepalanya.
Kukejar lagi dengan pertanyaan, “Sudah dengan
berapa pria Hesti berhubungan seks?
Hesti menjawab, “Empat orang Pak!”
Aku tidak terlalu terkejut dengan pengakuan Hesti
ini, tetapi karena aku tak terlalu tertarik dengan
Hesti, maka aku tidak berusaha untuk
mengajaknya untuk main, aku hanya ingin
mengetahui keadaan Hesti luar dalam dan
nantinya memberi dia duit agar supaya kalau tokh
dia tidak kuterima maka aku tidak dituntutnya
macam-macam. Dari laci mejaku kukeluarkan
sebendel uang limapuluh ribuan senilai 5 juta
rupiah, aku berkata kepada Hesti, bahwa aku ingin
melihat dia membuka pakaiannya agar aku dapat
lebih mengenal dia secara nyata, untuk itu akan
kuberikan uang 5 juta rupiah yang ada di
depannya itu. Kalau nanti dia diterima, maka uang
itu tetap menjadi miliknya, sedangkan kalau tidak
maka uang itu sebagai hadiah dariku. Hesti
ternganga mendengar perintahku yang tak
pernah didengarnya itu, tetapi ia benar-benar siap
untuk apapun rupanya.
Dengan agak gemetar ia berdiri dan mulai
membuka pakaiannya satu persatu, aku hanya
duduk saja di depannya. Seperti yang kuduga
buah dada Hesti cukup montok untuk badan
ceking seperti itu, ketiaknya juga bersih mulus
tanpa bulu selembarpun, ketika BH-nya dilepas,
tampaklah buah dadanya yang kelihatannya
sudah agak mengendur dan penuh dengan
kecupan merah. Dari situ aku yakin kalau Hesti ini
doyan main! Ketika Hesti membuka rok dan
sekaligus celana dalamnya, penisku agak tegang
juga, karena selangkangan Hesti ditumbuhi
dengan bulu yang cukup rimbun. Setelah
telanjang, Hesti berdiri mematung di depanku
sambil tersenyum dan menunduk. Aku berdiri
mendekati dia dan menyentuh susunya yang
kurasakan agak empuk begitu juga dengan
pantatnya, ketika kuraba bulu vaginanya, Hesti
merangkulku seperti orang yang kaget. Aku diam
saja, hanya jariku yang mulai menyelinap di
antara celah pahanya mencari liang vaginanya.
Hesti mengerang ketika jariku menyentuh
clitorisnya, tangannya meremas-remas bahuku
tanpa berkata apa-apa. Aku merasa semuanya
sudah cukup, maka aku kembali duduk di kursiku
dan kusuruh dia kembali berpakaian.
Setelah kuberikan uang dalam amplop itu,
kuucapkan terima kasih dan kuminta Hesti
menunggu kabar dari personalia. Hesti juga
mengucapkan terima kasih dan meninggalkanku.
Setelah itu masuk berturut-turut, Meity, Retno,
Onny dan Ratih yang perkiraan Lenny masih
perawan. Meity, Retno maupun Onny semuanya
juga kuberi hadiah 5 juta rupiah setiap kali mereka
telanjang bulat di depanku, semuanya berbadan
bagus dengan susu yang montok, benar-benar
berat bagiku untuk menahan diri menghadapi
vagina yang masih muda dan segar seperti milik
mereka itu. Ketika Onny telanjang di depanku aku
tak tahan untuk tak menciumi vaginanya yang
berwarna merah muda itu, kujilati clitorisnya
sampai Onny merintih-rintih, begitu juga dengan
Retno yang sempat merasakan tusukan penisku
meskipun hanya sampai dasar dan segera
kucabut kembali. Ratih yang diduga Lenny
perawan ternyata juga sudah tak perawan, justru
cewek satu ini yang berani terang-terangan
mengajakku untuk main tetapi aku ragu-ragu
karena aku hanya mau main dengan calon
pegawai yang betul-betul akan kuterima saja,
yang lainnya cukup main-main saja.
Kesabaran dan ketahananku akhirnya berbuah
juga, ketika calon sekretarisku yang bernama
Wulan masuk, aku merasakan kalau inilah cewek
yang tepat untuk mendampingi Lenny sebagai
sekretaris, mataku dengan tak sungkan-sungkan
melahap wajah dan tubuh Wulan yang tinggi
besar itu. Wajahnya cantik dengan tipe Jawa,
hidungnya mancung dan kulitnya putih, bibirnya
sangat sensual dengan lipstick merah tua.
Blousenya yang berpotongan rendah dilapisi jas
berwarna biru tua, sepintas aku dapat melihat
lekuk buah dadanya yang dalam menandakan
kalau buah dada pemiliknya montok. Dari
penampilannya, sepertinya cewek yang satu ini
alim, tetapi aku yakin kalau sebenarnya dia ini
super hot dan sangat sesuai dengan seleraku.
Pandanganku yang jalang itu, tidak membuat dia
rikuh, malah dia tersenyum manja waktu
mengulurkan tangannya untuk bersalaman,
tangannya empuk dan hangat sekali, begitu juga
dengan suaranya yang agak bernada bass itu.
Semuanya sangat memuaskan seleraku, hanya
sekarang tergantung bagaimana aku dapat
mengolah agar dia dapat aku sikat dan
selanjutnya akan kupakai untuk membantu
Lenny. Pikiranku sudah membayangkan kalau
mereka berdua aku sikat sekaligus diruang ini,
pasti asyik.
Setelah berbasa basi dengan menanyakan
beberapa hal yang sifatnya formil, aku mulai
menanyakan hal hal yang sensitif, karena begitu
bernafsu akau merasakan kalau suaraku agak
gemetar, tetapi justru yang kulihat Wulan malah
tersenyum melihat gayaku itu.
“Wulan keberatan nggak kalau saya tanya hal hal
yang sifatnya pribadi, karena sebagai tangan
kanan Bapak, tentunya Bapak juga ingin tahu hal
hal seperti itu”.
“Tentu saja boleh Pak, silakan Bapak tanya apa
saja!”, Aku menelan ludah mendengar jawaban
Wulan yang menantang itu.
“Wulan tingginya berapa ya?”.
“Seratus tujuh puluh enam senti Pak”.
“Berapa ukuran vital Wulan?”.
“Dada 36, pinggang 30, pinggul 38″, Aku
tersenyum mendengar ukuran vitalnya yang
hebat itu, Wulan juga menyeringai melihat aku
tersenyum itu.
“Masak dada Wulan sebesar itu, kelihatannya kok
nggak ya!”.
“Benar kok Pak, Wulan nggak bohong”,
jawabnya mengajuk.
“Coba Wulan buka jasnya, biar Bapak bisa melihat
lebih jelas!”.
Tanpa ragu-ragu Wulan berdiri dan melepas
jasnya, ternyata Blouse Wulan tak berlengan
sehingga aku dapat melihat lengannya yang putih
mulus itu. Memang setelah Wulan hanya
memakai blouse, baru kelihatan kalau susunya
memang besar. Ketika kusuruh Wulan
mengangkat lengannya, kelihatan juga kalau
ketiaknya penuh bulu yang sangat aku sukai. Aku
makin bernafsu melihat tubuh Wulan yang sip ini,
tetapi aku masih harus berusaha agar Wulan
benar benar dapat kutiduri, karenanya aku masih
harus terus berusaha.
“Apakah Wulan pernah melihat blue film?”
“Pernah Pak”.
“Sering?”.
“Sering”.
“Coba ceritakan pada Bapak apa yang kamu sukai
kalau nonton blue film itu!”
Wulan pertamanya agak ragu untuk menjawab,
tetapi akhirnya keluar juga jawabannya.
“Wulan senang kalau mereka melakukan adegan
pemanasan, dan juga melihat mimik muka
ceweknya kalau puas! Aku rasanya sudah tak
tahan lagi ingin menubruk Wulan, tetapi aku
masih menahan diri.
“Wulan, coba ya behanya dilepas, Bapak ingin
melihat buah dada Wulan!”.
“Apa blousenya juga dilepas Pak?”.
“Terserah!”.
Kembali Wulan berdiri, dia dengan tenang
membuka blousenya serta kemudian melepas
pengait behanya. Benar-benar fantastis payudara
Wulan, besar, montok, putih namun sedikit
kendor. Aku sejenak terpana memandangnya,
tetapi aku langsung dapat menguasai diriku dan
berdiri dan berjalan memutari mejaku mendekati
Wulan. Tanpa ragu kedua tanganku langsung
meremas payudara Wulan dengan lembut.
Wulan hanya diam saja, merasakan empuknya
payuadara Wulan aku tahu kalau dia sudah tidak
gadis lagi. Remasan tanganku ke payudara Wulan
menyebabkan puting susunya mulai mengeras,
aku menyelusupkan tanganku ke ketiaknya dan
mengangkat lengannya tinggi-tinggi, kuperhatikan
ketiaknya yang penuh dengan bulu hitam itu dan
tanpa sadar aku sudah menciuminya.
Saat itulah Wulan mulai mendesah kegelian, aku
terus menciumi bulu ketiaknya yang berbau
harum oleh karena deodorant itu untuk kemudian
ciumanku mulai mengarah keputing susunya.
Wulan dengan agak berbisik berkata, “Pak, nanti
ada yang melihat lho, Wulan takut!”, Aku mana
peduli dengan semua itu. Justru sambil
mengulum puting susunya aku mulai
melepaskan rok yang dipakainya. Dengan mudah
kulepaskan rok bawah Wulan demikian juga
dengan celana dalamnya, ketika kuraba
selangkangan Wulan dapat kurasakan ketebalan
bulu vaginanya di telapak tanganku, ketika jariku
menyelinap ke dalam vaginanya. Wulan makin
menggelinjang dan meremas pundakku tanpa
bersuara sedikitpun. Karena aku tahu waktuku
hanya sebentar, maka aku menghentikan
ciumanku dan mulai melepasi pakaianku sendiri.
Wulan hanya berdiri saja melihat aku melepaskan
semua pakaianku itu, matanya terbeliak ketika
kulepas celana dalamku sehingga penisku
tersembul keluar.
Dengan terbata-bata ia berkata “Pak saya takut
Pak, punya Bapak besar sekali, nanti nggak cukup
lho Pak, saya baru beberapa kali bersetubuh! Aku
berbisik agar ia tak takut karena aku akan hati hati
dan kujamin dia tak merasa sakit.
Kubaringkan Wulan di sofa yang ada di kantorku,
dan aku kembali ke mejaku. Tanpa diketahui
Wulan aku memejet interkom untuk memanggil
Lenny, Lenny yang telah mengerti dengan kode
dari aku segera masuk ke ruanganku dengan
tenangnya. Tetapi lain dengan Wulan yang
langsung meloncat kaget dengan wajah pucat
pasi dan kebingungan mencari penutup tubuh.
“Wulan nggak usah takut, tokh nanti kalau kamu
kerja juga bersama dengan Mbak Lenny, jadi
rahasiamu juga jadi rahasia Mbak Lenny ya!”,
Wulan hanya diam saja dengan wajah merah
menatap Lenny yang tersenyum manis
kepadanya. Ketika kutanyakan dimana kondom
yang kubutuhkan, Lenny mengeluarkannya dari
saku dan membukanya untuk kemudian dengan
berjongkok ia memasangnya di penisku yang
sudah berdiri kaku itu, karena memang tujuannya
agar supaya Wulan tidak rikuh dengan dirinya,
Lenny secara sengaja mengulum penisku dulu
sebelum memasang kondom bahkan dengan
demonstratif ia menelan seluruh penisku hingga
tinggal pelirku saja. Wulan memandang semua
itu dengan wajah merah padam, entah karena
malu atau karena nafsunya yang sudah naik.
Yang pasti ia diam saja ketika Lenny duduk di atas
meja kerjaku sementara aku mendekatinya,
kurenggangkan kaki Wulan sehingga vaginanya
kelihatan merekah merah tua.
Pelan-pelan kusapukan lidahku kepinggir vagina
Wulan, Wulan langsung mendesah dan
mendorong kepalaku, aku diam saja malahan
kuteruskan jilatanku pada clitorisnya yang bulat
itu, Wulan merintih rintih kegelian, tanganku tak
tinggal diam juga ikut meremas remas susunya
yang montok itu. Wulan dengan gemetar meraih
penisku dan diremasnya penisku dengan gemas
sekali. Aku juga kasihan melihat Wulan yang
demikian kebingungan karena merasakan kegelian
yang luar biasa itu, tetapi tujuanku sebenarnya
agar dia tak terlalu merasa sakit bila penisku yang
gede itu menembus vaginanya.
Langsung saja aku mengarahkan penisku ke liang
vaginanya yang sudah basah kuyup dan
merekah itu, ketika kulihat ujungnya sudah
terselip diantara bibir vagina Wulan, pelan-pelan
kutekan masuk. Wulan menggigit bibirnya
sementara tangannya memegang pantatku entah
mau menahan atau malahan mendorong, yang
pasti penisku dengan pelan berhasil juga masuk
seluruhnya ke dalam liang vaginanya. Vagina
Wulan terasa legit sekali, rasa hangat yang
menjepit penisku membuat aku menggigit bibir
karena enaknya. Tetapi seperti yang kuduga,
Wulan kurang berpengalaman dalam
persetubuhan, karena meskipun penisku sudah
mentok menyentuh leher rahimnya, ia diam saja
bahkan menutup matanya.
Aku berbisik di telinganya agar Wulan juga
menggerakkan pantatnya, tetapi Wulan tetap
diam saja. Gerakan penisku naik turun membuat
vagina Wulan bertambah basah dan becek, aku
benar-benar kecewa dengan vagina Wulan ini,
rasanya aku kepengen mencabut penisku dan
berpindah ke vagina Lenny yang pasti lebih pulen
dibanding punya Wulan itu, tetapi aku tak mau
melukai perasaan Wulan. Dengan agak tergesa-
gesa aku mempercepat genjotanku agar aku
segera mencapai puncak kenikmatanku, tetapi
dasar masih belum berpengalaman, tiba-tiba saja
Wulan merintih keras, sementara kurasakan
vaginanya mengejang. Rupanya Wulan sudah
mencapai puncak kepuasannya, badannya
berkeringat dan kakinya erat melingkar
dipantatku. Dengan beberapa sentakan lagi,
akupun memuntahkan air maniku yang
tertampung dalam kondom yang kupakai. Begitu
rasa geli mulai hilang dari ujung penisku, aku
segera mencabut penisku dan kusuruh Lenny
mengajak Wulan untuk keluar dari ruanganku.
Lenny tersenyum melihatku, ia tahu bahwa aku
kurang puas dengan permainan Wulan, pasti
nantinya Lenny harus bekerja keras untuk
mendidik Wulan agar tahu seleraku dalam
bermain main! Kuingatkan Lenny agar tak lupa
memberi Wulan uang serta memanggilnya lagi
untuk masuk kerja


Adult | GO HOME | Exit
1/1045
U-ON

inc Powered by Xtgem.com